Minggu, 15 September 2013

Antasida Bukan untuk Mencegah Maag, Tak Perlu Diminum Saat Sahur


  Bagi yang memiliki penyakit maag, bulan puasa bisa menimbulkan kekhawatiran sendiri karena berhubungan dengan tidak makan untuk jangka waktu cukup lama. Akibatnya, banyak yang mengonsumsi obat maag antasida saat sahur. Padahal, antasida adalah untuk mengurangi keluhan lambung, bukan mencegah kambuhnya maag.

Selama puasa Ramadan, tayangan iklan TV diwarnai oleh promosi obat maag, promosi makanan dan minuman yang dihubungan dengan aktivitas puasa Ramadan masyarakat. Momen puasa tidak akan dilewatkan oleh produk-produk yang diyakini kebutuhannya akan meningkat di tengah masyarakat.

"Sebagai seorang pengajar, peneliti dan praktisi kesehatan, saya sangat menyayangkan iklan-iklan yang tendensius dan terlalu berlebihan bahkan cenderung membohongi masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) harusnya juga jeli dan mempermasalahkan iklan yang menyesatkan untuk masyarakat," jelas Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dari Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, dalam rilisnya kepada detikHealth, ditulis Selasa (23/7/2013).

Menurut Dr Ari, promosi obat maag yang kandungannya antasida sudah kebablasan, seolah-olah produk ini untuk mencegah agar masyarakat tidak mengalami gangguan lambung selama berpuasa. Padahal antasida digunakan hanya untuk mengurangi keluhan lambung dan bukan untuk mencegah orang untuk menderita sakit maag karena berpuasa.

Wajar akibat dipromosi sebagai obat untuk mencegah sakit maag selama puasa, maka pembelian obat-obat maag ini sangat tinggi saat bulan Ramadan. Padahal, secara teori mestinya kebutuhan obat maag akan menurun selama Ramadan. Hal ini terjadi karena selama menjalani puasa Ramadan terjadi keteraturan dalam mengonsumsi makanan, pengurangan konsumsi camilan yang tidak sehat untuk lambung, pengurangan konsumsi rokok dan yang terpenting adanya pengendalian diri selama puasa Ramadan.

Hal inilah yang menyebabkan pasien dengan sakit maag akan lebih nyaman bahkan merasa sembuh saat puasa Ramadan. Jadi seharusnya konsumsi obat maag di tengah masyarakat seharusnya juga menurun.

"Kenapa hal ini tidak terjadi? Saya melihat bahwa hal ini berhubungan dengan iklan yang menganjurkan konsumsi obat maag yang mengandung antasida untuk pencegahan," jelas Dr Ari.

Dr Ari menjelaskan antasida sebenarnya hanya diberikan jika ada keluhan. Karena antasida sendiri bersifat menetralkan asam lambung yang terjadi sehingga akan dapat mengurangi keluhan pasien.

"Oleh karena itu, tidak benar promosi atau iklan obat sakit maag yang menganjurkan minum obat maag untuk pencegahan agar tidak mengalami gangguan maag. Antasida sendiri sebenarnya dapat menimbulkan efek samping jika tidak digunakan dengan benar," lanjut Dr Ari.

Antasida yang beredar di tengah masyarakat bisa mengandung aluminium, magnesium atau kalsium. Antasida dapat menyebabkan seseorang menjadi sembelit, sehingga membuat pencernaannya menjadi tidak nyaman. Belum lagi efek samping pada ginjal dari penggunaan antasida yang tidak sesuai dengan aturan.

"Oleh karena itu, saya berharap masyarakat lebih cerdas dalam melihat iklan-iklan di TV dan tidak otomatis mengikuti anjuran-anjuran dari iklan-iklan tersebut," jelas Dr Ari.

Hal yang sama juga disampaikan oleh dr. T Bahdar Johan, Sp.PD, dari RS Premiere Bintaro. Menurutnya, obat maag dengan kandungan antasida tidak bisa digunakan untuk pencegahan.

"Antasida bersifat alkali, jadi sifatnya hanya menetralkan asam lambung bukan untuk mencegah. Kalau kambuh baru dikasih. Kurang tepat dikonsumsi saat sahur, nggak ada gunanya karena sahur kan baru makan nggak ada keluhan (maag). Kita tidak menganjurkan untuk rutin, apalagi untuk pencegahan," jelas dr. T Bahdar Johan, Sp.PD, saat dihubungi detikHealth.

dr Bahdar menjelaskan bila terlalu sering mengonsumsi antasida, misal setelah sahur dan sebelum tidur malam, bisa menyebabkan tubuh overdosis. Padahal antasida banyak mengandung aluminium, kalsium dan magnesium. Akibatnya, mineral-mineral ini akan menyebabkan konstipasi (sembelit).

"Lebih bagus menggunakan obat penekan produksi asam lambung, golongan H2 antagonist seperti Ranitidine, kerjanya jangka panjang," tutup dr Bahdar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar